Latihan atau training adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seorang pegawai atau tenaga
kerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu.
Menurut
Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 1974, latihan adalah bagian pendidikan
yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku dalam waktu yang
relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari
pada teori.
Pelatihan dan pengembangan dapat membantu untuk
menjamin bahwa anggota organisasi memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan secara efektif, mengambil
satu tanggung jawab baru, dan beradaptasi dengan perubahan kondisi.
Pelatihan ini terfokus pada pengajaran anggota organisasi (sumber daya
manusia) tentang bagaimana mereka dapat menjalankan pekerjaan dan
membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang di
butuhkan untuk kinerja yang efektif. Sedangkan pengembangan terfokus
pada membangun pengetahuan dan keterampilan anggota organisasi sehingga
mereka dapat dipersiapkan untuk mengambil tanggung jawab dan tantangan
baru.
Sebelum mendesign program pelatihan dan pengembangan,
manajer seharusnya menunjukkan perkiraan kebutuhan untuk menentukan
mana-mana karyawan yang memerlukan pelatihan dan pengembangan dan jenis
pengetahuan atau keterampilan apa yang mereka butuhkan.
Tujuan utama
dari pelatihan dan pengembangan ini adalah untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan para sumber daya manusia dalam bekerja yang
disebabkan oleh kemungkinan ketidakmampuan dalam pelaksanaan pekerjaan,
dan sekaligus berupaya membina mereka agar menjadi lebih produktif.
Adapun yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelatihan dan
pengembangan ini adalah pimpinan organisasi di semua level dan dapat
dibantu oleh para staff spesialist yang ditugaskan organisasi untuk
melaksanakan program pelatihan dan pengembangan.
Kegiatan pelatihan dan pengembangan ini perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip dasar pelaksanaan program pelatihan, yaitu:
1. Motivasi individu
2. Pengakuan perbedaan individual
3. Kesempatan-kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan praktis,
4. Penguatan atau Reinforcement,
5. Balikan hasil belajar
6. Tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai
7. Situasi belajar
8. Transfer of learning, dan
9. Follow-up
Program
pelatihan dan pengembangan dapat dilaksanakan dalam model (1) on the
job programs yakni pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman
langsung dalam bekerja di organisasi tertentu. Segenap pengalaman yang
diberikan difokuskan kepada jenis pekerjaan atau jabatan yang ditangani.
Model ini bisa dilaksanakan secara formal maupun informal oleh
organisasi dalam rangka membina staffnya; (2) off the job programs
adalah model pelatihan di luar jabatan yang dilaksanakan secara formal
misalnya melalui kursus-kursus, pendidikan dan pelatihan
journal SDM(sumber daya manusia)
Monday, 17 December 2012
Deskripsi Tugas Manajer Pelatihan dan Pengembangan (Training & Development Manager)
Berikut ini di terdapat beberapa
beberapa detail tugas-tugas khas seorang Manajer Training dan
Pengembangan, yang biasanya dicantumkan saat pembuatan deskripsi tugas
(job description) yang bersangkutan. Deskripsi tugas ini masih relevan
untuk diberikan pada kepala pendidikan dan latihan (Kepala Dikat), atau
sebagiannya dapat diberikan pada supervisor pelatihan bilamana pemegang
jabatan memegang tanggung jawab di bidang training dan development di
organisasi / insitusinya.
- Merencanakan anggaran-anggaran pelatihan fungsional / per departemen, biaya-biaya peramalan (forecast) dan angka-angka peserta training seperti yang diperlukan oleh sistem perencanaan dan anggaran organisasi.
- Mengukur kebutuhan training yang relevan untuk karyawan baik untuk level individu atau level organisasi, berkonsultasi dengan kepala-kepala tiap departemen, termasuk metoda-metoda penilaian dan sistem pengukuran diperlukan.
- Selalu mengetahui informasi terkini tentang keterampilan-keterampilan dan level kualifikasi yang relevan yang diperlukan oleh karyawan untuk tetap mempunyai kinerja yang efektif dan menginformasikan ke setiap orang setiap tentang persyaratan dan informasi yang terkait dengan hal tersebut ke organisasi secara tepat.
- Membuat strategi dan rencana-rencana organisatoris untuk memenuhi kebutuhan pelatihan dan pengembangan, dan mengatur pelaksanaan pelatihan, pengukuran dan tindak lanjut yang diperlukan.
- Mendisain program training dan kursus-kursus dan kurikulum yang di perlukan untuk memenuhi kebutuhan pelatihan atau mengatur terlaksanakan kegiatan ini dengan melibatkan penyedia jasa dari luar perusahaan.
- Mengidentifikasi, memilih dan mengatur lembaga pelatihan dan akreditasi eksternal, para agensi serta penyedia-penyedia jasa training untuk melaksanakan training yang diperlukan sesuai denga standar yang sudah ditentukan
- Mengorganisir tempat pelaksanaan pelatihan, logistik, pengangkutan, pemondokan seperti yang diperlukan untuk mencapai pengadaan dan pelaksanaan pelatihan secara efisien.
- Merencanakan dan melaksanakan kursus latihan secara pribadi sebagai supplement (tambahan) dari training yang disediakan secara external maupun internal oleh pihak lain.
- Menyusun untuk pemeliharaan segala perlengkapan dan material yang berhubungan dengan pelaksanaan dan pengukuran training.
- Merekrut, mengatur dan mengembangkan staf langsung (yang melakukan direct report kepadanya), jika ada.
- Memastikan setiap aktivitas dan bahan-bahan pelatihan mempunyai benang merah kebijakan-kebijakan organisatoris dan sesuai dengan undang-undang, termasuk kesehatan dan keselamatan, hukum ketenaga-kerjaan dan persamaan derajat / kesempatan (equal laws).
- Memonitor dan melaporkan tentang aktivitas, biaya-biaya, kinerja, dll, seperti diperlukan.
- Secara konsisten dan terus menerus mengembangkanlah diri sendiri, dan memelihara pengetahuan di dalam bidang-bidang yang terkait.
URGENSI PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM DI INDUSTRI
Untuk
meningkatkan kualitas dan daya saing perusahaan yang perlu dibenahi
adalah manusianya. Hal ini dapat dilakukan dengan dengan membangun basic mentality SDMnya
sehingga berkembang kesadaran mutu di setiap lapisan karyawan dari
manajemen puncak hingga karyawan tingkat bawah. Basic mentality adalah
suatu sikap mental yang mendasari cara berfikir, cara bersikap dan cara
bertindak dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari selaras dengan
nilai-nilai perusahaan (Budi Santosa, 2004).Untuk pengembangan basic mentality demi terwujudnya budaya kerja maka peran HRD perlu dioptimalkan. Pengembangan basic mentality
dapat dilakukan melalui program pelatihan dan pengembangan karyawan.
Seperti yang diungkapkan oleh Pheter Sheal (2003 :29) bahwa ada 4 alasan
utama mengapa program pelatihan dan pengembangan staff menjadi semakin
penting:
- Perubahan-perubahan yang cepat dalam teknologi serta tugas-tugas yang diakukan oleh orang-orang
- Kurangnya ketrampilan-keterampilan langsung dan keterampilan jangka panjang
- Perubahan-perubahan dalam harapan-harapan dan komposisi angkatan kerja
- Kompetensi dan tekanan-tekanan pasar demi peningkatan-peningkatan dalam kualitas produk-produk maupun jasa-jasa.
Kalangan
industri seringkali mengeluhkan kualitas SDM yang dihasilkan oleh
dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan sebagai bagian dari
sistem rantai pasok (suply chain) untuk memenuhi SDM di industri masih
terasa ada gap yang dalam antara kompetensi yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan dengan standar kompetensi industri. Kondisi ini membuat
industri-industri besar dengan modal kuat bahkan mendirikan lembaga
pendidikan sendiri seperti Texmaco group membangun STT (Seklah Tingi
texmaco) dan SMK Texmaco, Astra group memilikib Politeknik Astra sedangkan PT.
Apac Inti Corpora membangun Griya Pelatihan Apac (Gripac) sebagai
pusat pelatihan dan pengembangan karyawan yang dimilikinya dan
menjadikannya sebagai bagian dari suply chain SDMnya. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa pelatihan dan pengembangan SDM di Industri perlu
dikelola secara profesional.
Beberapa pendekatan pelatihan dan pengembangan SDM yang dilakukan di Industri antara lain :
1. Pelatihan di tempat kerja (on the job tarining)
2. Pelatihan di luar tempat kerja (off the job training)
3. Studi lanjut
4. Sosialisasi
Yang
perlu diingat adalah program pendidikan dan pelatihan karyawan harus
dilakukan dengan perencanaan yang baik. Perlu dilakukan analisis
kebutuha pendidikan dan pelatihan bagi karyawan sebelum memutuskan untuk
mengadakan pelatihan. Mengingat bahwa program diklat pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap
(kesenjangan) antara kompetensi yang ada saat ini dengan kompetensi
standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh seseorang, maka dalam
hal ini analisis kebutuhan diklat merupakan alat untuk
mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap
tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu program
diklat. Seperti yang diungkapakan Johanes popu (2002) bahwa tanpa
analisis kebutuhan yang sungguh-sungguh maka dapat dipastikan bahwa
program pelatihan yang dirancang hanya akan berlangsung sukses di ruang
kelas atau tempat pelaksanaan pelatihan semata.Tak bisa dipungkiri sistem kompensasi dan pola karier di suatu perusahaan menjadi alasan utama seseorang untuk bertahan sebagai bagian dari perusahaan itu. Pola karir dan sistem kompensasi sebagai bagian dari upaya memotivasi karyawan harus mampu dikelola oleh HRD secara efektif. Motivasi berdasar hirarkis kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow yang meliputi kebutuhan fisiologis dasar, rasa aman, dicintai dan disayang, dihargai dan aktualisasi diri perlu diperhatikan dalam mengembangkan, meningkatkan dan memepertahankan karyawan. Menyeimbangkan antara kebutuhan dan harapan perusahaan dengan kebutuhan dan harapan karyawan sesuai dengan kontribusi terhadap perusahaan memang bukan pekejaan yang mudah. Para pemegang kebijakan di HRD dituntut untuk semakin proaktif untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, menghargai kreativitas karyawan, mendengar aspirasi karyawan dan membuat program pengembangan dan peningkatan motivasi bagi karyawan dari waktu ke waktu melalui fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia. Daya saing perusahaan dan standar kualtas akan tercapai jika dilandasi kesadaran mutu seluruh lapisan karyawan. Kesadaran mutu akan tercapai jika HRD mampu membangun image perusahaan di mata karyawan
Pelatihan dan pengembangan karyawan
Pelatihan
Ø Proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasional.
v Termasuk hard and soft skills
Ø Karyawan yang kurang terlatih dapat berkinerja buruk dan membuat kesalahan yang mahal.
è Konteks dari pelatihan
Ø Daya saing dan Pelatihan Organisasional
v Pelatihan membuat organisasi lebih kompetitif
v Pelatihan membantu mempertahankan karyawan yang berharga
è Knowledge Management and Training
Ø Identifying and leveraging organizational intellectual capital to create value and be competitive.
è Pelatihan sebagai sumber penghasilan
è Pelatihan Pemasaran dengan atau bersama produk dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan sebuah perusahaan.
è Integrasi dari kineja pada pekerjaan, pelatihan dan pembelajaran
Ø Pelatihan bergerak lebih dekat dengan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Ø Pelatihan menggunakan lebih banyak masalah dunia nyata untuk meningkatkan pembelajaran karyawan
è Konsultasi Kinerja
Ø Sebuah
proses dimana seorang pelatih dan pelanggan organisasional bekerja
bersama untuk meningkatkan kinerja yang dapat mendukung tujuan bisnis
Ø Pendekatan Konsultasi Kinerja:
v Berfokus pada identifikasi dan penanganan penyebab mendasar dari masalah kinerja.
v Mengetahui bahwa interaksi dari faktor-faktor individual dan organisasional memengaruhi kineja karyawan.
v Mendokumentasikan
tindakan dan prestasi dari orang-orang bekinerja tinggi dan
membandingkannya dengan tindakan dari orang-orang yang kinerjanya
biasa-biasa saja.
è HR and Training Professionals
Ø Are
more likely to get involved with the business, partner with operating
managers to help solve problems, and to make significant contributions
to organizational results.
Ø Are less likely to chase fads or the hottest or latest type of training gimmick.
Ø Are less likely to think that training alone can solve most employee or organizational performance problems.
è Successful development of global strategies is inhibited primarily by training deficits such as:
Ø Workforces with disparate competencies
Ø A declining pool of U.S. employees willing to go overseas
Ø Slow, expensive, and inflexible “on campus” training options
è A good training plan deals with the following questions:
Ø Is there really a need for the training?
Ø Who needs to be trained?
Ø Who will do the training?
Ø What form will the training take?
Ø How will knowledge be transferred to the job?
Ø How will the training be evaluated?
è Learner Readiness
Ø Ability to learn
v Learners must possess basic skills (3Rs).
Ø Motivation to learn
v Learners must desire and value training.
Ø Self-efficacy
v Learners must believe that
they can successfully learn
the training content.
they can successfully learn
the training content.
è Active Practice
Ø The performance of job-related tasks and duties by trainees during training
è Spaced Practice
Ø Several practice sessions spaced over a period of hours or days
è Massed practice
Ø Performance of all the practice at once.
è Behavior Modeling
Ø Copying someone else’s behavior by observing how another person deals with a problem.
è Reinforcement
Ø Law of effect states that people tend to repeat behaviors that are rewarded and avoid behaviors that are punished.
è Immediate Confirmation
Ø Reinforcement and feedback are most effective when given as soon as possible after training.
è Transfer of Training
Ø Effective transfer occurs when trainees actually use on the job what they learned in training.
v Trainees take what was learned in training and apply it to the job context in which they work.
v Employees maintain use of the learned material over time.
Ø Increasing the transfer of training
v Offering
trainees an overview of training content and process before the actual
training helps with both short-term and longer-term training transfer.
v Ensuring that the training mirrors the job context as much as possible.
è Informal Training
Ø Training that occurs through interactions and feedback among employees.
è On-the-Job Training (OJT)
Ø Based on a guided form of training known as job instruction training (JIT)
Ø Problems with OJT
v Poorly-qualified or indifferent trainers
v Disruption of regular work
v Bad or incorrect habits are passed on
è Reasons for External Training
Ø May be less expensive to outsource training
Ø Insufficient time to develop training
Ø Lack of expertise
Ø Advantages of interacting with outsiders
è Outsourcing of Training
Ø Declining
due to cost concerns, a greater emphasis on internal linking of
training to organizational strategies, and other issues.
Ø Training and certification by vendors is increasing in popularity.
è E-Learning: Training Online
Ø The using the Internet or an organizational intranet to conduct training online.
è Criteria for adopting e-learning:
Ø Sufficient top management support and funding
Ø Accepting the idea of decentralized and individualized training
Ø Current training methods not meeting needs
Ø Computer literacy and access to computers
Ø Time and travel cost concerns for trainees
Ø The number and self-motivation of trainees
è Only 50%–60% of global employers provide formal training programs for expatriates and their families.
Ø Topics covered in pre-departure training:
v Daily
living conditions, cultural customs, business issues, country history,
climate, and transportation and communication systems.
Ø Foreign
firms operating in the United States conduct training programs to
prepare their employees for the food, customs, labor and HR practices,
and other facets of working and living in the U.S.
mempelajari sumber daya manusia
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal.
MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah manusia - bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis.
Kajian MSDM menggabungkan beberapa bidang ilmu seperti psikologi, sosiologi, dll.
Unsur MSDM adalah manusia.
Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.
1. MACAM-MACAM SUMBER DAYA MANUSIA
Manusia memiliki akal, budi dan pikiran yang tidak dimiliki oleh tumbuhan maupun hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya, namun dalam ekosistem, manusia juga berinteraksi dengan lingkungannya, mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungannya sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling ketergantungan.
Sumber daya manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Manusia sebagai sumber daya fisik
Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya, manusia dapat bekerja dalam berbagai bidang, antara lain :
Bidang perindustrian, transportasi, perkebunan, perikanan, perhutanan, dan peternakan.
B. Manusia sebagai sumber daya mental
Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam yang sangat penting, karena berfikir merupakan landasan utama bagi kebudayaan.
Manusia sebagai makhluk hidup berbudaya, mampu mengolah sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya dan mampu mengubah keadaan sumber daya alam berkat kemajuan ilmu dan teknologinya. Dengan akal dan budinya, manusia menggunakan sumber daya alam dengan penuh kebijaksanaan.
Oleh karena itu, manusia tidak dilihat hanya sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah sebagai sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting bagi perkembangan kebudayaan manusia.
Dalam melakukan perencanaan tenaga kerja kita perlu memperhatikan berbagai aspek, yaitu :
1. Macam-macam kegiatan yang akan dilakukan pada masa mendatang.
2. Jumlah dan mutu karyawan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Rencana, mutasi, promosi dan pension karyawan.
Setelah memiliki rencana jumlah dan mutu tenaga kerja perlu dipikirkan
cara pengadaannya. Pada dasarnya ada dua alternatif utama dalam
pengadaan tenaga kerja. Alternatif pertama adalah mencarinya di pasar
tenaga kerja, dan alternatif kedua adalah mempromosikan orang-orang
tertentu.
I. Perekrutan
Rekrutmen merupakan suatu kegiatan untuk mencari sebanyak-banyaknya
calon tenaga kerja yang sesuai dengan lowongan yang tersedia.
Sumber-sumber dimana terdapatnya calon karyawan tersebut dapat
diperoleh melalui macam-macam sumber, misalnya lembaga pendidikan,
Departemen Tenaga Kerja, biro-biro konsultan, iklan di media massa dan
tenaga kerja dari dalam organisasi sendiri.
Prinsip-prinsip rekrutmen
a). Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendapatkan mutu yang sesuai. Untuk itu sebelumnya perlu dibuat :
1. Analisis pekerjaan,
2. Deskripsi pekerjaan, dan
3. Spesifikasi pekerjaan.
b). Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan :
1. Peramalan kebutuhan tenaga kerja, dan
2. Analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja (work force analysis)
c). Biaya yang diperlukan diminimalkan.
d). Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang perekrutan.
e). fleksibility
f). Pertimbangan-pertimbangan hukum.
II. Penyeleksian
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setelah
proses rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul
sejumlah pelamar yang memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang
dapat ditetapkan sebagai karyawan dalam suatu perusahaan.
Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para
pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan ia diterima atau ditolak
sebagai karyawan baru. Proses tersebut pada umumnya meliputi evaluasi
persyaratan, testing, wawancara, ujian fisik. Dalam proses seleksi itu
dipakai berbagai macam jenis dalam mengevaluasi persyaratan dan
terutama untuk testing.
• Proses seleksi pada dasarnya merupakan usaha yang sistematis yang
dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang diterima adalah yang
dianggap paling cepat, baik dengan kriteria yang telah ditetapkan
ataupun jumlah yang dibutuhkan
• Tes bakat dan kemampuan
• Tes kesehatan, dan
• Wawancara
Setelah proses seleksi selesai, para pelamar yang diterima diangkat
menjadi pegawai. Selanjutnya diperlukan proses orientasi. Proses
orientasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pegawai baru kepada
situasi kerja dan kelompok kerjanya yang baru. Jadi kegiatan ini
merupakan bagian dari sosialisasi, yaitu proses pemahaman sikap,
standar, nilai, dan pola perilaku yang baru.
Dale Timpe (1989), menegaskan bahwasannya ciri-ciri pegawai yang produktif adalah :
1. Cerdas dan dapat belajar dengan relatif lebih cepat.
2. Kompeten secara professional.
3. Kreatif dan inovatif.
4. Memahami pekerjaan.
5. Belajar dengan ‘cerdik’, menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet dalam pekerjaan.
6. Selalu mencari perbaikan-perbaikan.
7. Dianggap bernilai oleh atasannya.
8. Selalu meningkatkan diri.
Hasil test seorang calon karyawan dikatakan valid, bila skornya tinggi
dan kenyataan di lapangan memang sesuai. Metode seleksi mungkin saja
dapat dipercaya tetapi tidak valid, namun metode seleksi yang tidak
dapat dipercaya tentu saja tidak akan valid.
Beberapa instrument yang dapat digunakan dalam seleksi, yaitu :
• Surat-surat rekomendasi
• Surat lamaran
• Tes kemampuan (Test Potensi Akademik : TPA)
• Tes kepribadian
• Tes psikologi
• Wawancara
• Assessment center
• Drug test
• Honesty test
• Handwriting analysis
III. Orientasi
Program pelatihan (training) bertujuan untuk memperbaiki penguasaan
berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu untuk
kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan bertujuan untuk menyiapkan
pegawainya siap memangku jabatan tertentu di masa yang akan datang.
Pengembangan bersifat lebih luas karena menyangkut banyak aspek,
seperti peningkatan dalam keilmuan, pengetahuan, kemampuan, sikap, dan
kepribadian. Program latihan dan pengembangan bertujuan antara lain
untuk menutupi ‘gap’ antara kecakapan karyawan dengan permintaan
jabatan, selain itu juga untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas
kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
Untuk melaksanakan program pelatihan dan pengembangan, manajemen
hendaknya melakukan analisis tentang kebutuhan, tujuan, sasaran, serta
isi dan prinsip belajar terlebih dahulu agar pelaksanaan program
pelatihan tidaklah sia-sia. Agar prinsip belajar menjadi pedoman cara
belajar, program hendaknya bersifat partisipatif, relevan, memungkinkan
terjadinya pemindahan keahlian serta memberikan feedback tentang
kemajuan peserta pelatihan.
Pelatihan dapat terlaksana disebabkan oleh banyak hal yang menurut Barry (1994) karena adanya :
• Perubahan staf
• Perubahan teknologi
• Perubahan pekerjaan
• Perubahan peraturan hukum
• Perkembangan ekonomi
• Pola baru pekerjaan
• Tekanan pasar
• Kebijakan sosial
• Aspirasi pegawai
• Variasi kinerja
• Kesamaan dalam kesempatan
Rekrutmen dan seleksi termasuk fungsi-fungsi MSDM yang mempunyai
peranan strategis dalam mempersiapkan dan menyediakan sumber daya
manusia yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan sebagaimana ditetapkan
dalam analisis pekerjaan khususnya deskripsi dan spesifikasi. Kedua
kegiatan tersebut didahului oleh kegiatan analisis pekerjaan dan
perencanaan sumber daya manusia. Hal ini berarti bahwa kegiatan
rekrutmen dan seleksi harus didasarkan pada suatu kebutuhan yang
dialami organisasi, baik dalam fisik maupun dari segi kemampuan dan
keterampilan. Pelaksanaan kedua kegiatan tersebut secara wajar dan
dikerjakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik, akan
dapat mencegah suatu organisasi akan mengalami surplus pegawai.
Penataan seleksi dan rekrutmen yang lebih baik juga mempunyai dampak
yang besar terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi SDM lainnya, seperti
orientasi dan penempatan, latihan dan pengembangan, perencanaan dan
pengembangan karier, evaluasi kinerja, kompensasi.
2. PERKEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
Revolusi industri abad ke 20 dan revolusi teknologi abad ke 19 mengubah makna tenaga kerja itu sendiri, dimana kebanggan hasil kerjanya menjadi berkurang.
Akibat revolusi industri dan teknologi terhadap tenaga kerja adalah :
- Berkembangnya spesialisasi, secara ekonomis menguntungkan, hasil kerjanya lebih banyak dan orang akan ahli dalam bidangnya
- Hambatan pengembangan diri, bagi kelompok tertentu secara sosiologis disebut blok of mobility (sekat-sekat mobilitas masyarakat)
- Perubahan yang terus menerus, merugikan tenaga kerja dengan perubahan bidang industri dan teknologi
3. PEMANFAATAN SUMBER TENAGA KERJA DAN KOMPENSASI
PROGRAM KOMPENSASI KARYAWAN DIRANCANG :
- Menarik karyawan yg cakap ke dalam organisasi
- Memotivasi karyawan mencapai prestasi unggul
- Mencapai masa dinas yg panjang
Sesuai fungsinya, didalam perusahaan ada dua macam tenaga kerja :
- Tenaga Eksekutif, mengambil keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen
- Tenaga Operatif, tenaga terampil, menguasai pekerjaan, sehingga tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
Ada tiga tenaga terampil, yaitu :
- Tenaga terampil (skilled labor)
- Tenaga setengah terampil (semi skilled labor)
- Tenaga tidak terampil (unskilled labor)
Penentuan jumlah tenaga kerja, meliputi dua hal pokok , yaitu :
- Analisis Beban Kerja, meliputi peramalan penjualan (sales forecast), penyusunan jadwal waktu kerja dan penentuan jumlah tenaga kerja untuk membuat satu unit barang
- Analisis tenaga kerja, menghitung jumlah tenaga kerja yang sesungguhnya dapat tersedia pada satu periode
4. HUBUNGAN PERBURUHAN
Bila terjadi ketidak kesepakatan, buruh punya senjata yang dapat digunakan :
- Boikot
- Pemogokkan
- Penghasutan
- Memperlambat kerja
5. MENGAPA PARA PEKERJA MENDIRIKAN SERIKAT PEKERJA
Serikat Pekerja atau karyawan (Labor Union atau Trade Union) adalah organisasi pekerja yang dibentuk untuk mempromosikan atau menyatakan pendapat, melindungi, dan memperbaiki melalui kegiatan kolektif, kepentingan sosial, ekonomi dan politik anggotanya.
6. PERSERIKATAN SAAT INI
Tipe-tipe karyawan saat ini :
- Craft Unions
Anggotanya karyawan yang punya ketrampilan yang sama seperti tukang kayu
- Industrial Unions
Dibentuk berdasarkan lokasi pekerjaan yang sama, serikat ini terdiri pekerja tidak berketrampilan maupun berketrampilan dalam perusahaan atau industri tertentu
- Mixed Unions
Mencakup pekerja terampil, tidak terampil dan setengah terampil dari suatu lokal tertentu tidak memandang dari industri mana
7. HUKUM-HUKUM YANG MENGATUR HUBUNGAN ANTAR TENAGA KERJA DENGAN MANAJER
Ada tiga perjanjian kerja bersama, yaitu :
- Closed Shop Agreement
Hanya berlaku bagi pekerja yang telah bergabung menjadi anggota serikat (persatuan)
- Union shop Agreement
Mengaharuskan para pekerja untuk menjadi anggota serikat untuk periode waktu terentu
- Open Shop Agreement
Memberikan kebebasan pekerja untuk menjadi atau tidak anggota serikat kerja
8. BAGAIMANA SERIKAT PEKERJA DIORGANISASI DAN DISAHKAN
Permasalahan mengenai hak seseorang untuk mendirikan dan turut serta dalam serikat pekerja. Sebagaimana diatur dalam konstitusi Negara kita UUD 1945, pasal 28E yang berbunyi:
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.”
Selain itu dalam pasal 39 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia disebutkan bahwa “Setiap orang berhak untuk mendirikan serikat pekerja dan tidak boleh dihambat utnuk menjadi anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Serta masih banyaklagi ketentuan yang mengatur mengenai hal ini, diantaranya:
- Pasal 23 ayat (4) Declaration of Human Rights.
- Pasal 8 International Convenants on Economic, social and Cultural
- Pasal 104 dan 137 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Sebagai Negara hukum, salah satu ciri yang harus dipenuhi Negara, adalah perlindungan dan jaminan hak asasi manusia atas seluruh warga negaranya. Seperti halnya Indonesia yang bercita-cita menjadi Negara berlandaskan hukum, maka pemerintah Indonesia harus dapat mewujudkan dan menjamin hak atas kesejahteraan sosial bagi warga negaranya. Oleh karena itu, dengan adanya ketentuan yang menjamin hak atas kesejahteraan tersebut diatas, maka dalam hal ini pemerintah juga harus turut serta dalam pemenuhan akan hak-hak itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)